Sejarah Singkat Pembukuan Al Quran

Al-Quran adalah kitab suci bagi umat Islam yang mengandung kata-kata dan pesan yang diturunkan oleh Allah SWT. Al-Quran telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sejak saat itu, Al-Quran menjadi sumber hukum dan panduan untuk umat Islam. Namun, sebelum Al-Quran dapat disebarkan kepada umat Islam, proses pembukuan Al-Quran harus dilakukan. Pembukuan Al-Quran adalah proses menulis, menyusun, dan menyimpan ayat-ayat Al-Quran pada buku-buku tertentu. Sejarah pembukuan Al-Quran telah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, dan kisahnya masih sangat kental di seluruh dunia hingga saat ini.

Perioda Pertama: Zaman Rasulullah SAW

Sejarah pembukuan Al-Quran dimulai sejak zaman Rasulullah SAW. Pada waktu itu, ayat-ayat Al-Quran diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW lalu membacakannya kepada para sahabatnya. Para sahabat lalu menuliskan ayat-ayat Al-Quran yang telah dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW. Proses penulisan ini dilakukan dengan menggunakan tulisan Arab, yang ditulis di daun lontar, batu, tulang, dan dinding.

Selain itu, para sahabat juga menghafal ayat-ayat Al-Quran dan menyebarkannya kepada orang lain. Pada akhirnya, ayat-ayat Al-Quran tersebut disebarkan ke seluruh penjuru dunia dan dihafal oleh ribuan orang. Hal ini membantu memastikan bahwa ayat-ayat Al-Quran tidak akan hilang atau lupa.

Perioda Kedua: Zaman Khalifah Abu Bakar

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, zaman Khalifah Abu Bakar dimulai. Pada saat itu, banyak sahabat yang telah meninggal dunia, dan ada kekhawatiran bahwa ayat-ayat Al-Quran akan hilang. Oleh karena itu, Khalifah Abu Bakar memerintahkan para sahabat yang masih hidup untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia dan menyimpannya dalam sebuah mushaf (naskah Al-Quran).

Khalifah Abu Bakar mengangkat Zaid bin Tsabit, seorang sahabat yang sangat ahli dalam bahasa Arab, untuk menyusun ayat-ayat Al-Quran yang telah dikumpulkan menjadi sebuah naskah. Zaid bin Tsabit lalu menyusun ayat-ayat Al-Quran menurut urutan turunan, dan menuliskannya dalam satu naskah. Naskah ini lalu disebarkan ke seluruh penjuru dunia untuk dijadikan pedoman bagi para pembaca Al-Quran.

Perioda Ketiga: Zaman Khalifah Utsman bin Affan

Setelah Khalifah Abu Bakar, zaman Khalifah Utsman bin Affan dimulai. Pada masa ini, banyak sahabat yang telah meninggal dunia dan ada perbedaan dalam cara membaca Al-Quran antara satu daerah dengan daerah lain. Oleh karena itu, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia dan menyusunnya dalam satu naskah.

Khalifah Utsman bin Affan lalu mengangkat Zaid bin Tsabit untuk menyusun ayat-ayat Al-Quran menjadi satu naskah. Zaid bin Tsabit lalu menuliskan ayat-ayat Al-Quran menurut urutan turunan dan menyimpannya dalam sebuah mushaf. Setelah selesai, mushaf ini disebarkan ke seluruh penjuru dunia sebagai pedoman bagi para pembaca Al-Quran. Selain itu, Khalifah Utsman juga memerintahkan para sahabat untuk menghapus semua naskah Al-Quran yang berbeda dengan naskah yang dibuatnya.

Perioda Keempat: Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib

Setelah Khalifah Utsman bin Affan, zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib dimulai. Pada masa ini, ada kekhawatiran bahwa naskah Al-Quran yang dibuat oleh Khalifah Utsman bin Affan akan hilang. Oleh karena itu, Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia dan menyusunnya dalam satu naskah.

Khalifah Ali bin Abi Thalib lalu mengangkat Zaid bin Tsabit untuk menyusun ayat-ayat Al-Quran menjadi satu naskah. Zaid bin Tsabit lalu menuliskan ayat-ayat Al-Quran menurut urutan turunan dan menyimpannya dalam sebuah mushaf. Setelah selesai, mushaf ini disebarkan ke seluruh penjuru dunia sebagai pedoman bagi para pembaca Al-Quran. Selain itu, Khalifah Ali juga memerintahkan para sahabat untuk menghapus semua naskah Al-Quran yang berbeda dengan naskah yang dibuatnya.

Perioda Kelima: Zaman Kesultanan Umayyah

Setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib, zaman Kesultanan Umayyah dimulai. Pada masa ini, terjadi perselisihan antara para sahabat tentang cara membaca Al-Quran. Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia dan menyusunnya dalam satu naskah.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz lalu mengangkat Zaid bin Tsabit untuk menyusun ayat-ayat Al-Quran menjadi satu naskah. Zaid bin Tsabit lalu menuliskan ayat-ayat Al-Quran menurut urutan turunan dan menyimpannya dalam sebuah mushaf. Setelah selesai, mushaf ini disebarkan ke seluruh penjuru dunia sebagai pedoman bagi para pembaca Al-Quran. Selain itu, Khalifah Umar juga memerintahkan para sahabat untuk menghapus semua naskah Al-Quran yang berbeda