Mengenal Contoh Bacaan Izhar dalam Surah Al-Baqarah

Surah Al-Baqarah adalah surah yang terpanjang dalam Al-Quran, dengan jumlah ayat yang mencapai 286. Salah satu jenis tajwid disebut Izhar yang terkandung dalam surah ini. Izhar adalah salah satu jenis tajwid yang melibatkan nada-nada tajwid yang khas. Dengan menggunakan nada-nada tajwid ini, kita dapat membaca Al-Quran dengan lebih indah dan merdu. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari tentang contoh-contoh bacaan Izhar dalam Surah Al-Baqarah.

Izhar adalah salah satu jenis tajwid yang menekankan pada perubahan nada saat membaca ayat-ayat Al-Quran. Dengan menggunakan nada-nada khas ini, suara kita akan memiliki intonasi yang indah dan merdu saat membaca ayat-ayat Al-Quran. Izhar juga membantu kita dalam memahami makna ayat-ayat Al-Quran dengan lebih jelas.

Contoh bacaan Izhar dalam surah Al-Baqarah terkandung dalam ayat-ayat berikut:

Baca Cepat show

Ayat 1: وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Ayat ini dibaca dengan menekankan pada suku kata ‘laa’ dan ‘kaana’. Suku kata ‘laa’ akan dibaca dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan suku kata ‘kaana’ akan dibaca dengan nada yang lebih rendah. Selain itu, suku kata ‘faahishatan’ juga akan dibaca dengan nada yang lebih rendah.

Ayat 2: إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۙ أُولَٰئِكَ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ ۖ وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ قِبْلَةٍ عِندَ اللَّهِ ۗ وَمَا أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ

Ayat ini dibaca dengan menekankan pada suku kata ‘laa’ dan ‘qaleelan’. Suku kata ‘laa’ akan dibaca dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan suku kata ‘qaleelan’ akan dibaca dengan nada yang lebih rendah. Selain itu, suku kata ‘sultanin’ juga akan dibaca dengan nada yang lebih rendah.

Ayat 3: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Ayat ini dibaca dengan menekankan pada suku kata ‘laa’ dan ‘mudaafatan’. Suku kata ‘laa’ akan dibaca dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan suku kata ‘mudaafatan’ akan dibaca dengan nada yang lebih rendah. Selain itu, suku kata ‘filihin’ juga akan dibaca dengan nada yang lebih rendah.

Ayat 4: وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۚ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Ayat ini dibaca dengan menekankan pada suku kata ‘laa’ dan ‘taazau’. Suku kata ‘laa’ akan dibaca dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan suku kata ‘taazau’ akan dibaca dengan nada yang lebih rendah. Selain itu, suku kata ‘saabireen’ juga akan dibaca dengan nada yang lebih rendah.

Ayat 5: وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۚ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Ayat ini dibaca dengan menekankan pada suku kata ‘laa’ dan ‘waarasoolihi’. Suku kata ‘laa’ akan dibaca dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan suku kata ‘waarasoolihi’ akan dibaca dengan nada yang lebih rendah. Selain itu, suku kata ‘saabireen’ juga akan dibaca dengan nada yang lebih rendah.

Ayat 6: فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُؤْمِنُوا بِكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Ayat ini dibaca dengan menekankan pada suku kata ‘laa’ dan ‘azeezan’. Suku kata ‘laa’ akan dibaca dengan nada yang lebih tinggi, sedangkan suku kata ‘azeezan’ akan dibaca dengan nada