Konflik Suriah: Latar Belakang dan Dampaknya

Konflik Suriah adalah konflik antara pemerintah Suriah yang dipegang oleh rezim Presiden Bashar al-Assad dan berbagai kelompok anti-pemerintah, yang masing-masing mencari dominasi politik di Suriah. Konflik ini telah berlangsung selama lebih dari tujuh tahun dan menyebabkan kerusakan yang luar biasa, kematian ribuan orang, dan pengungsi terbesar dalam sejarah modern. Namun, ini bukan konflik yang baru, karena masalah internal Suriah telah ada sejak lama. Agar dapat memahami konflik ini, kita harus memahami latar belakangnya.

Sejarah Suriah

Suriah adalah sebuah negara di Asia Barat yang pernah menjadi bagian dari Dewan Pertahanan Timur Tengah (TAD). Pada tahun 1944, negara ini menyatakan kemerdekaannya dari pemerintahan Prancis. Sekitar dua dekade kemudian, pada tahun 1966, Hafez al-Assad, ayah Presiden Bashar al-Assad saat ini, mengambil alih kekuasaan di Suriah setelah menang dalam perang saudara.

Hafez al-Assad memerintah Suriah selama 30 tahun, hingga tahun 2000. Presiden al-Assad memerintah negara dengan rezim autokrat, yang melarang kelompok oposisi untuk berorganisasi atau berkumpul. Selama masa pemerintahannya, al-Assad melakukan reformasi politik dan ekonomi di Suriah, namun tidak menyentuh hak-hak sipil atau mengubah cara pemerintahannya.

Pada tahun 2000, Bashar al-Assad menggantikan ayahnya sebagai presiden Suriah. Dia berjanji untuk melakukan reformasi politik dan ekonomi yang lebih dalam. Namun, dia melakukannya dengan cara yang sama dengan ayahnya, yang menyebabkan kekecewaan di kalangan warga Suriah. Kekurangan demokrasi di Suriah membuat banyak orang kehilangan harapan dan bertekad untuk melawan pemerintah al-Assad.

Mulai Konflik Suriah

Konflik Suriah dimulai pada tahun 2011, ketika sekelompok aktivis mengadakan protes terhadap pemerintah al-Assad. Mereka menuntut hak-hak sipil dan demokrasi. Pemerintah al-Assad, yang tidak ingin mengubah cara pemerintahannya, menanggapi protes dengan kekerasan. Hal ini memicu perlawanan yang lebih luas dan konflik pun semakin meningkat.

Konflik ini juga memicu kehadiran banyak pihak asing. Negara-negara Barat, termasuk AS, Inggris, dan Perancis, secara konsisten mendukung kelompok anti-pemerintah. Di sisi lain, Rusia, Iran, dan Turki mendukung pemerintah al-Assad. Ini menyebabkan konflik berkembang menjadi perang saudara yang lebih luas yang melibatkan banyak pihak.

Dampak Konflik Suriah

Konflik Suriah telah menyebabkan kerusakan hebat dan kerugian ekonomi yang besar. Negara telah hancur, banyak wilayah telah dihancurkan, dan hak-hak sipil telah dilanggar. Pada tahun 2016, Badan PBB untuk Pelarian (UNHCR) menyatakan bahwa lebih dari 11 juta orang telah diungsikan atau mengungsi dari Suriah. Selain itu, lebih dari 400.000 orang telah tewas selama konflik ini.

Selain itu, konflik ini juga telah mempengaruhi kehidupan warga Suriah. Banyak orang yang telah kehilangan pekerjaan mereka, sekolah dan bangunan telah hancur, dan banyak daerah telah kekurangan makanan dan obat-obatan. Lebih dari setengah populasi Suriah saat ini adalah pengungsi.

Perdamaian di Suriah

Pada tahun 2017, PBB memulai proses perdamaian di Suriah. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan antara rezim al-Assad dan kelompok oposisi. Namun, proses ini telah mengalami kegagalan dan konflik masih berlanjut. Meskipun demikian, PBB terus berupaya untuk mencapai kesepakatan damai yang menyeluruh di Suriah.

Kesimpulan

Konflik Suriah dimulai pada tahun 2011 ketika aktivis menuntut hak-hak sipil dan demokrasi. Konflik ini telah berlangsung selama lebih dari tujuh tahun dan telah menyebabkan kerusakan dan kematian ribuan orang. Untuk memahami konflik ini dengan lebih baik, kita harus memahami latar belakangnya. PBB telah berupaya untuk mencapai kesepakatan damai yang menyeluruh di Suriah, tetapi proses ini masih berlangsung.