Kenali Resiko Pemanis Buatan yang Dilarang

Pemanis buatan adalah zat pemanis yang digunakan untuk meningkatkan rasa makanan dan minuman. Pemanis buatan biasanya merupakan senyawa kimia yang dibuat di laboratorium dan tidak alami. Pemanis buatan dapat menggantikan gula alami yang ditemukan di buah-buahan dan sayuran, meningkatkan rasa makanan dan minuman tanpa menambah kalori. Meskipun pemanis buatan dapat memberikan manfaat, beberapa di antaranya telah dilarang oleh badan pengawasan makanan dan obat-obatan (BPOM) karena potensi risiko untuk kesehatan manusia.

Mengapa Pemanis Buatan Dilarang?

Ada beberapa alasan mengapa pemanis buatan dilarang. Pertama, pemanis buatan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa pemanis buatan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, sakit kepala, mual, dan muntah. Selain itu, pemanis buatan dapat menyebabkan perubahan kimia dalam tubuh yang dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan serius. Kedua, beberapa pemanis buatan dapat menyebabkan reaksi alergi. Beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi yang parah setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan. Reaksi alergi dapat mencakup ruam kulit, gatal-gatal, sakit kepala, mual, dan muntah. Ketiga, beberapa pemanis buatan dapat meningkatkan risiko obesitas. Pemanis buatan diketahui dapat meningkatkan selera makan dan menyebabkan orang makan lebih banyak dari yang seharusnya, yang dapat menyebabkan obesitas.

Pemanis Buatan yang Dilarang di Indonesia

BPOM telah melarang beberapa pemanis buatan di Indonesia. Pemanis buatan yang dilarang di Indonesia adalah aspartam, sakarin, asesulfam K, dan acesulfam natrium. Aspartam adalah pemanis buatan yang banyak digunakan dan ditemukan dalam berbagai produk makanan dan minuman. Meskipun aspartam mungkin aman untuk dikonsumsi dalam jumlah kecil, manfaat dan risiko kesehatan masih diperdebatkan. Sakarin adalah pemanis buatan yang digunakan untuk menggantikan gula. Meskipun sakarin tidak memiliki kalori, penelitian telah menunjukkan bahwa sakarin dapat meningkatkan risiko kanker dan masalah pencernaan. Asesulfam K dan acesulfam natrium adalah pemanis buatan yang digunakan untuk menggantikan gula. Kedua pemanis buatan ini mungkin aman jika dikonsumsi dalam jumlah kecil, namun tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah besar karena potensi risiko untuk kesehatan.

Mengurangi Resiko Pemanis Buatan

Untuk mengurangi resiko pemanis buatan, penting untuk mengikuti anjuran BPOM dan membatasi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan. Jika Anda berbelanja, hindari produk yang mengandung pemanis buatan yang dilarang dan baca label dengan hati-hati untuk memastikan bahwa produk yang Anda beli tidak mengandung pemanis buatan yang dilarang. Selain itu, Anda harus menghindari makanan dan minuman yang diketahui mengandung banyak pemanis buatan, seperti jus buah, soda, gula-gula, dan cokelat. Agar lebih sehat, Anda disarankan untuk menggantikan makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan dengan makanan dan minuman sehat, seperti buah-buahan, sayuran, dan air putih.

Kesimpulan

Pemanis buatan dapat meningkatkan rasa makanan dan minuman tanpa menambah kalori. Meskipun pemanis buatan dapat memberikan manfaat, beberapa di antaranya telah dilarang oleh BPOM karena potensi risiko untuk kesehatan manusia. Untuk mengurangi resiko pemanis buatan, penting untuk mengikuti anjuran BPOM dan membatasi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan. Jika Anda tetap ingin mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan, pastikan jumlahnya tidak berlebihan.

Kesimpulan

Pemanis buatan dapat memudahkan kita dalam merasakan rasa makanan dan minuman tanpa menambah kalori. Namun, sebaiknya hindari makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan yang dilarang oleh BPOM karena dapat menimbulkan risiko kesehatan serius. Jika Anda tetap ingin mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan, pastikan jumlahnya tidak berlebihan.